Provinsi Kepulauan Bangka Belitung alami deflasi pada Mei 2025

by
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy

Pangkalpinang, Demokrasibabel – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Mei 2025, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami deflasi secara bulanan sebesar 0,89% (mtm), berbalik arah dibandingkan dengan April 2025 yang mengalami inflasi sebesar 0,77% (mtm).

Angka deflasi ini lebih rendah dibandingkan nasional yang juga mengalami deflasi sebesar 0,37% (mtm). Terjadinya deflasi bulanan Bangka Belitung disebabkan oleh penurunan indeks harga pada kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 2,63% (mtm). 

Adapun komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan utamanya disumbang oleh cabai rawit, bayam dan cumi-cumi. Namun demikian, tekanan deflasi yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan indeks harga pada kelompok Transportasi dengan inflasi sebesar 0,24% (mtm).

Secara tahunan, Bangka Belitung tercatat mengalami inflasi sebesar 0,79% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan April yang mengalami inflasi sebesar 1,37% (yoy) dan juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 1,60% (yoy). lnflasi tahunan di Bangka Belitung utamanya disebabkan oleh peningkatan harga pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (5,16% yoy) yakni emas perhiasan. 

Namun demikian, tekanan inflasi yang lebih dalam tertahan oleh penurunan indeks harga pada kelompok lnformasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan dengan deflasi sebesar 0,35% (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, menjelaskan bahwa deflasi bulanan utamanya bersumber dari penurunan harga cabai yang diakibatkan oleh berlimpahnya stok cabai baik yang bersumber dari produksi lokal maupun dari luar Bangka Belitung. Selanjutnya, pasokan ikan termasuk cumi-cumi dari nelayan yang semakin meningkat turut memberikan andil terhadap deflasi.

“Secara spasial, seluruh wilayah yang disurvei lndeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi secara bulanan. Kabupaten Bangka Barat tercatat mengalami deflasi bulanan terdalam sebesar 1,07% (mtm). Kemudian diikuti oleh Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Belitung Timur yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,86% (mtm) dan 0,81 % (mtm),” katanya. 

Selanjutnya, Tanjungpandan tercatat sebagai daerah dengan deflasi terendah yaitu sebesar 0,73% (mtm). Secara tahunan, 3 (tiga) wilayah IHK mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkalpinang sebesar 1,14% (yoy). Kemudian diikuti oleh Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,96% (yoy) dan 0,64% (yoy).

Sementara itu, Tanjungpandan sebagai satu-satunya daerah yang mengalami deflasi secara tahunan sebesar 0,12 % (yoy).

Lebih lanjut, Rommy menambahkan Bank Indonesia terus bersinergi dengan TPID dan mitra strategis lainnya dalam menjaga inflasi pada rentang yang rendah dan stabil. 

Hal ini sebagai bentuk dukungan Bank Indonesia dan TPID terhadap 3 (tiga) langkah strategis pengendalian inflasi yaitu menjaga inflasi 2025 pada kisaran sasaran nasional 2,5±1% dalam rangka mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi, menjaga inflasi harga bergejolak dalam kisaran 3,0-5,0% dan memperkuat koordinasi pusat dan daerah dengan penyusunan Peta Jalan Pengendalian lnflasi 2025-2027. 

“Dalam upaya pengendalian inflasi di daerah, Bank Indonesia bersama TPID terus memperkuat kerangka kebijakan 4K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif”, ujar Rommy.

Dalam rangka mendukung keterjangkauan harga bahan pokok, selama bulan Januari s.d Mei 2025 telah dilaksanakan ±30 kali sidak pasar di seluruh wilayah di Bangka Belitung baik yang dipimpin langsung oleh Kepala Daerah maupun oleh perwakilan instansi terkait. 

“Sidak ini dilakukan untuk memberikan kepastian kepada masyarakat terkait harga bahan pokok. Selain itu, Bank Indonesia juga turut mendukung penyelenggaraan Operasi Pasar dan Gerakan Pasar Murah (GPM) yang diorkestrasi oleh Pemerintah Provinsi,” katanya. 

Di sisi lain, Bank Indonesia juga terus melakukan pemantauan perkembangan harga secara harian melalui Pusat lnformasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dapat dimanfaatkan dalam memonitor perkembangan harga pangan secara realtime.

Pada kerangka ketersediaan pasokan, Bank Indonesia terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait. Pada bulan Mei 2025, Bank Indonesia bersama TPID telah mendorong implementasi 4 (empat) Kerja Sama Antar Daerah (KAD) dalam kerangka Business to Business (B2B) yaitu:

– Kerja sama antara AA Frozen (Kabupaten Belitung Timur) dengan CV Wahana Sejahtera Foods (Kota Bekasi) tentang Perdagangan Komoditas Daging Ayam Beku.

– Kerja sama antara AA Frozen (Kabupaten Belitung Timur) dengan CV Selamat Jaya (Kota Pangkalpinang) tentang Perdagangan Komoditas Sapi.

– Kerja sama antara Tako Cabe Dayat (Kota Pangkalpinang) dengan UD Restu Bumi (Kabupaten Banyuwangi) untuk komoditas cabai.

– Kerja sama antara Sumber Bawang (Kota Pangkalpinang) dengan PT Sumber Bawang lndotrading (Kabupaten Brebes) untuk komoditas bawang merah.

Selanjutnya, hingga bulan Mei 2025, telah dilaksanakan kegiatan operasi pasar murah sebanyak 68 kali di seluruh wilayah di Bangka Belitung yang diorkestrasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun inisiatif dari masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota. 

Ia mengatakan, Bank Indonesia terus mendukung kegiatan operasi pasar dengan memfasilitasi distribusi pangan bagi distributor sehingga bahan pokok yang dijual di kegiatan operasi pasar lebih murah dibandingkan harga pasar. 

“Melalui dukungan tersebut, diharapkan pelaksanaan operasi pasar murah menjadi lebih optimal dan memberikan manfaat secara meluas bagi masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, GPM juga telah dilaksanakan sebanyak 16 kali di seluruh wilayah di Bangka Belitung, baik yang diorkestrasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, inisiatif dari masing-masing Pemerintah Daerah maupun inisiatif dari Badan Pangan Nasional. 

Bank Indonesia juga turut memfasilitasi penyelenggaraan GPM tersebut.

Dari sisi kelancaran distribusi, Bank Indonesia juga turut memfasilitasi distribusi pangan. Selama periode Januari sampai dengan Mei 2025, Bank Indonesia telah memberikan fasilitasi distribusi pangan pada 15 (lima belas) kali penyelenggaraan operasi pasar yang diorkestrasi oleh Dinas Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 

Selanjutnya, Bank Indonesia juga memfasilitasi pengiriman daging sapi beku sebanyak 17,5 ton dari Jakarta ke Belitung Timur sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Koperasi Pengendali lnflasi Daerah dan Perum Bulog Kantor Cabang Belitung.

Dalam rangka implementasi komunikasi yang efektif, selama periode Januari hingga Mei 2025, telah dilaksanakan sebanyak 9 (sembilan) kali pertemuan High Level Meeting (HLM) TPID yang dipimpin oleh masing-masing Kepala Daerah. 

Selain itu, upaya pengendalian ekspektasi masyarakat juga dilakukan oleh TPID melalui komunikasi di media cetak, radio dan baliho milik Pemerintah Daerah.

Rommy menyampaikan dalam upaya pengendalian inflasi diperlukan kolaborasi erat antara TPID, pemerintah, dan seluruh elemen masyarakat agar inflasi tetap terjaga dalam sasaran nasional. 

“Dengan sinergi yang kuat, Bangka Belitung optimistis dapat mencapai inflasi yang rendah dan stabil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.