Pangkalpinang – Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus memperkuat sinergi dan inovasi dalam menjaga stabilitas harga serta ketahanan pangan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi di tingkat daerah.
Salah satu inovasi yang diterapkan adalah sistem hidroganik, yaitu integrasi antara budidaya padi dan ikan lele dalam satu ekosistem terpadu.
Pada Selasa, 28 Oktober 2025, BI Babel bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar Bulan menggelar panen bersama hidroganik padi-lele di Pangkalpinang. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Pangkalpinang, perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bangka Belitung & Kota Pangkalpinang, Camat Bukit Intan, Lurah Sinar Bulan, serta Ketua dan Wakil Ketua PIPEBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Mewakili Wali Kota Pangkalpinang, Juhaini, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Pangkalpinang, menyampaikan apresiasi atas inisiatif Bank Indonesia dalam mendorong inovasi dan kemandirian masyarakat melalui program pertanian terpadu.
“Langkah-langkah kreatif seperti pengembangan sistem hidroganik dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sebagai upaya nyata memperkuat ketahanan pangan dari tingkat rumah tangga hingga berkontribusi pada ketahanan pangan daerah secara keseluruhan,” katanya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, menyampaikan bahwa upaya menjaga inflasi perlu dilakukan secara kolaboratif dari berbagai lapisan masyarakat.
Rommy menambahkan bahwa tingkat inflasi pada bulan September 2025 berada dalam target nasional 2,5+-1% yaitu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 1,82% (yoy) dan Kota Pangkalpinang sebesar 1,75% (yoy).
“Bank Indonesia terus mendorong penguatan ketahanan pangan melalui GNPIP dan pemberdayaan kelompok tani serta kelompok wanita tani,” katanya.
Lebih lanjut, Rommy menyampaikan, apa yang telah dilakukan oleh KWT Sinar Bulan melalui inovasi sistem hidroganik menjadi contoh nyata sekaligus semangat bagi KWT lain untuk turut berkontribusi dalam menjaga stabilitas harga serta meningkatkan kemandirian pangan.
Dalam rangkaian kegiatan panen tersebut, terdapat tiga kegiatan utama: panen perdana padi hidroganik dilanjutkan dengan proses threshing (perontokan bulir padi), panen budidaya ikan air tawar lele dengan total hasil panen hingga 250 kilogram, dan panen sayuran hortikultura.
Selain itu, KWT Sinar Bulan telah memiliki berbagai produk hilirisasi antara lain keripik bayam, keripik ubi, dan pempek ikan. Sebagai bentuk peningkatan digitalisasi serta inklusi keuangan, KWT Sinar Bulan juga menyediakan pembayaran menggunakan metode QRIS.
Penerapan sistem hidroganik ini sejalan dengan prinsip Good Agricultural Practice (GAP) yang menekankan pentingnya praktik pertanian yang efisien, bermutu baik, dan ramah lingkungan. Melalui pendekatan GAP, petani didorong untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, menjaga kualitas dan keamanan hasil pangan, serta meningkatkan produktivitas.
Inovasi ini menjadi bagian dari implementasi GNPIP di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang mengedepankan kolaborasi antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan masyarakat dalam menjaga ketersediaan serta keterjangkauan harga pangan.
Dengan penerapan GAP dan GNPIP secara terpadu, diharapkan model pertanian hidroganik yang dikembangkan oleh KWT Sinar Bulan dapat direplikasi oleh kelompok tani lainnya sebagai langkah konkret memperkuat ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga di tingkat daerah.







