Oleh : Kelompok 3 Jurusan Hukum, Universitas Bangka Belitung
Pada bulan suci Ramadan, umat muslim diberikan pengampunan dan berkah yang berlimpah. Umat Muslim dari seluruh dunia berlomba-lomba setiap tahunnya untuk meningkatkan standar ibadah dan memperbanyak beramal baik. Sangat menarik untuk melihat bagaimana Generasi Z menghidupkan Ramadan di tengah-tengah dunia digital. Generasi Z, yang tumbuh di era informasi dan teknologi, memiliki banyak potensi untuk menambah kompleksitas baru dalam berpuasa.
Kemahiran Generasi Z dalam menggunakan teknologi adalah salah satu keunggulan mereka. Mereka dapat menyiarkan ajakan untuk melakukan perbuatan baik, berbagi resep untuk berbuka puasa dan sahur, serta memberikan saran tentang cara berpuasa selama bulan Ramadan melalui media sosial.
Pesan konstruktif mereka dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan mempromosikan rasa kebersamaan. Selain itu, inovasi Generasi Z juga dapat dilihat dari berbagai kegiatan sosial yang mereka lakukan selama bulan Ramadan. Ada banyak remaja yang mau belajar hal-hal baru, mau menerima pembelajaran baru, dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan petualangan yang dapat dengan mudah diakses oleh semua orang.
Melalui kolaborasi dan kreativitas, Generasi Z dapat membuat Ramadan menjadi lebih inklusif dan menyenangkan. Tidak hanya itu, Generasi Z juga dapat menjadi sosok teladan dalam menjalankan nilai-nilai spiritual di tengah tantangan zaman. Mereka aktif mencari ilmu agama secara online, terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang penuh petualangan, dan tidak takut untuk berbagi ajaran Islam dengan orang lain. Sikap kritis dan keterbukaan Generasi Z menjadi faktor kunci dalam meningkatkan pemahaman agama.
Namun demikian, terlepas dari keunggulan-keunggulan tersebut, remaja Generasi Z juga mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah Ramadan. Ketergantungan terhadap media sosial dan teknologi dapat menimbulkan dampak negatif. Menghabiskan waktu secara online sering kali dapat mengurangi ibadah utama, seperti salat, tadarus, dan dzikir, dan bukannya meningkatkannya.
Selain itu, arus informasi yang cepat di media sosial dapat mengalihkan perhatian dan mungkin menimbulkan efek berbahaya. Remaja dari Generasi Z sering kali terjebak dalam konten yang kurang bermanfaat, bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip Ramadan, seperti hiburan yang berlebihan, perdebatan yang tidak ada gunanya, atau perilaku konsumtif selama berpuasa. Masalah lainnya adalah munculnya FOMO (Fear of Missing Out), yang menyebabkan beberapa anak muda lebih fokus pada kehadiran mereka di media sosial dibandingkan dengan makna ibadah yang sebenarnya. Misalnya, alih-alih benar-benar memahami makna ibadah, mereka lebih berkonsentrasi untuk merekam kegiatan Ramadan untuk dipublikasikan.
Namun dari permasalahan tersebut kita juga dapat mengatasi dengan cara, Membatasi penggunaan perangkat elektronik pada waktu-waktu tertentu, terutama sebelum berbuka puasa, saat salat, dan saat sahur, merupakan salah satu metode yang efisien, seperti halnya puasa digital. Remaja dapat mengurangi godaan untuk sering memeriksa ponsel mereka dan lebih berkonsentrasi untuk beribadah dengan mematikan notifikasi dan menjadwalkan waktu untuk mengakses media sosial.
Selain itu, mereka juga dapat menggunakan waktu yang biasanya mereka habiskan secara online untuk kegiatan yang lebih konstruktif seperti berzikir, mendengarkan kajian Islam, atau membaca Al-Quran secara digital. Hal tersebut dapat mengisi waktu selama bulan suci sekaligus meningkatkan spiritualitas.
Remaja juga harus menjauhi konten-konten berbahaya yang sering ditemukan di media sosial, seperti gosip, perdebatan yang tidak ada gunanya, atau hiburan yang terlalu berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan mental mereka. Agar perhatian mereka tetap tertuju pada tujuan utama Ramadan, mereka harus belajar menyaring informasi dan membentengi diri dari pengaruh negatif.
Remaja membutuhkan bantuan dan pengingat dari lingkungan sekitar dan keluarga selain upaya mereka sendiri untuk menghindari gangguan teknologi. Ramadan dapat menjadi waktu yang penuh manfaat dan pertumbuhan spiritual bagi para remaja Generasi Z yang dibimbing dan cukup sadar diri untuk menyeimbangkan antara ibadah dan teknologi.