Oleh : Athaillah Adwitiya (Mahasiswa Jurusan Ekonomi, Universitas Bangka Belitung)
Di tengah dinamika global yang terus berubah, dunia saat ini tengah menghadapi turbulensi ekonomi yang nyaris tak mengenal jeda. Krisis geopolitik, perubahan iklim, lonjakan harga komoditas, hingga ketidakpastian kebijakan moneter global telah membentuk lanskap ekonomi yang penuh tantangan. Namun di balik ketidakstabilan ini, tetap ada harapan dan peluang untuk membangun sistem ekonomi yang lebih tangguh, adil, dan berkelanjutan.
Tantangan Ekonomi Global yang Multidimensi
Krisis ekonomi dewasa ini tidak datang dari satu arah. Konflik bersenjata seperti perang Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah terus mengganggu rantai pasok global, mengerek harga energi, dan meningkatkan biaya produksi di banyak negara. Inflasi melonjak di berbagai belahan dunia, memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara agresif, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan risiko resesi.
Selain itu, dampak perubahan iklim mulai terasa nyata dalam aspek ekonomi. Bencana alam yang lebih sering dan lebih parah menyebabkan kerugian infrastruktur dan gangguan distribusi pangan. Negara-negara berkembang menjadi pihak yang paling rentan, dengan ruang fiskal yang sempit dan ketergantungan tinggi terhadap bantuan eksternal.
Digitalisasi yang begitu cepat juga menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang efisiensi dan inovasi; di sisi lain, memperbesar kesenjangan digital dan menciptakan ketimpangan baru dalam dunia kerja.
Ketidakpastian di Dalam Negeri
Di tingkat nasional, tantangan global turut berdampak pada ekonomi domestik. Ketergantungan terhadap ekspor komoditas menjadikan banyak negara, termasuk Indonesia, rentan terhadap fluktuasi harga pasar dunia. Ketahanan pangan dan energi juga menjadi isu sentral ketika dunia menghadapi krisis pasokan.
Sementara itu, generasi muda yang baru memasuki dunia kerja menghadapi realitas ekonomi yang berbeda dari generasi sebelumnya: biaya hidup meningkat, peluang kerja formal menyempit, dan stabilitas pekerjaan makin langka. Kondisi ini memunculkan keresahan sosial dan menuntut negara untuk hadir dengan kebijakan yang adaptif dan berpihak pada rakyat.
Harapan: Membangun Ekonomi yang Lebih Berdaya Tahan
Meski tantangan begitu kompleks, harapan tetap ada. Pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa kerja sama global dan solidaritas sosial mampu mempercepat pemulihan ekonomi. Hal serupa dapat diterapkan dalam mengatasi krisis saat ini.
Pertama, transisi menuju ekonomi hijau harus dipercepat. Investasi dalam energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan teknologi bersih tidak hanya menjadi solusi terhadap krisis iklim, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan ketahanan ekonomi jangka panjang.
Kedua, inklusi keuangan dan transformasi digital perlu diarahkan untuk memberdayakan sektor UMKM dan masyarakat lapisan bawah, bukan hanya memperkaya korporasi besar. Ekonomi digital yang adil dan aksesibel dapat menjadi motor pertumbuhan baru jika dikembangkan secara tepat.
Ketiga, pemerintah harus memperkuat jaring pengaman sosial, meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi, serta memastikan sistem pajak yang adil dan progresif. Di tengah ketidakpastian, negara harus menjadi pelindung, bukan sekadar penonton.
Menatap Masa Depan dengan Bijak
Stabilitas ekonomi tidak akan datang dengan sendirinya. Ia harus diupayakan melalui kepemimpinan yang visioner, kebijakan yang inklusif, dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Dunia mungkin tak lagi stabil seperti dahulu, tetapi justru dalam guncangan itulah kesempatan untuk melakukan koreksi dan membangun masa depan yang lebih adil terbuka lebar.
Harapan itu bukan mimpi, tapi kerja keras bersama.