Oleh : Khoolidiyyah Arikah Husniyyah, (Mahasiswa Program studi Manajemen, Universitas Bangka Belitung)
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama ini sangat bergantung pada sektor pertambangan timah sebagai tulang punggung ekonomi. Namun, ketergantungan yang tinggi ini membawa risiko besar, terutama saat menghadapi masalah tata kelola tambang ilegal dan fluktuasi harga komoditas global yang mengguncang perekonomian daerah. Masalah tata kelola tambang timah, termasuk tambang ilegal yang merusak lingkungan, telah menyebabkan kontraksi ekonomi di Bangka Belitung.
Banyak smelter yang terpaksa tutup dan ribuan karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Dampak ini tidak hanya menurunkan pendapatan daerah tetapi juga memperparah kondisi sosial ekonomi masyarakat yang selama ini bergantung pada tambang timah. Berdasarkan data BPS pada triwulan I 2025, ekonomi Babel mulai menunjukkan pemulihan dengan pertumbuhan 4,60% (year-on-year), didorong oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 12,22%. Namun, ketergantungan berlebihan pada tambang timah tetap menjadi risiko besar yang memerlukan diversifikasi ekonomi secara serius.
Krisis ini menjadi momentum penting bagi Bangka Belitung untuk melakukan transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan dan beragam. Pemerintah daerah bersama berbagai pemangku kepentingan mulai mengalihkan fokus dari ketergantungan pada tambang timah menuju pengembangan sektor pariwisata dan industri pengolahan. Data BPS menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada sektor industri pengolahan, khususnya smelter timah yang legal, dengan pertumbuhan mencapai 10,16% year-on-year, serta sektor pertambangan yang tumbuh 12,22% berkat regulasi yang lebih baik dan pengawasan ketat.
Pariwisata menjadi sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak ekonomi baru. Keindahan alam, pantai, dan budaya Bangka Belitung menawarkan daya tarik besar bagi wisatawan domestik dan internasional. Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki infrastruktur dan fasilitas pariwisata, termasuk reaktivasi bandara internasional dan promosi destinasi wisata unggulan. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai ekspor barang dan jasa serta indeks keyakinan konsumen yang tetap optimis.
Transformasi ekonomi ini juga didukung oleh kebijakan diversifikasi ekonomi yang melibatkan pengembangan sektor pertanian, perikanan, dan ekonomi kreatif. Dengan mengurangi ketergantungan pada satu komoditas, Bangka Belitung dapat membangun ketahanan ekonomi yang lebih kuat dan inklusif.
Namun, transformasi ini bukan tanpa tantangan. Pemulihan ekonomi memerlukan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan memastikan keberlanjutan lingkungan. Penegakan hukum terhadap praktik ilegal dan korupsi harus terus diperkuat agar tidak menghambat pertumbuhan sektor-sektor baru.
Krisis timah yang sempat mengguncang ekonomi Bangka Belitung justru menjadi titik balik untuk melakukan transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan. Dengan mengembangkan sektor pariwisata dan industri pengolahan sebagai tulang punggung baru, Bangka Belitung berpotensi keluar dari krisis dan menapaki jalan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Transformasi ini menjadi kunci bagi Bangka Belitung untuk meraih masa depan ekonomi yang lebih cerah dan stabil.
Referensi:
https://bappeda.babelprov.go.id/content/kemendagri-fasilitasi-rkpd-babel-2025
https://babel.bps.go.id/id/news/2025/04/21/754/fgd-penyusunan-pdrb-tw–i-2025.html
