Oleh : Natasya Destiar Agistin (Mahasiswa Program studi Manajemen, Universitas Bangka Belitung)
Saya pribadi melihat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan coffee shop di Bangka sangat pesat dan menjamur dengan cepat. Hampir di setiap sudut kota, khususnya di Pangkalpinang dan daerah sekitarnya, kita bisa menemukan berbagai jenis kedai kopi—mulai dari yang mengusung konsep modern minimalis, industrial, hingga yang mengangkat identitas dan nuansa lokal khas Bangka. Fenomena ini jelas bukan hanya sekadar tren gaya hidup anak muda atau tempat untuk sekadar “nongkrong” dan berswafoto, melainkan menunjukkan adanya dinamika ekonomi baru yang patut kita soroti dan kaji lebih dalam.
Pertama-tama, mari kita lihat dari sisi lapangan kerja dan peluang ekonomi mikro. Maraknya coffee shop secara langsung membuka kesempatan kerja baru, terutama bagi anak muda lokal. Saya sendiri melihat banyak teman, kenalan, bahkan mahasiswa yang bekerja paruh waktu sebagai barista, staf dapur, atau bagian pelayanan. Hal ini sangat membantu mereka secara finansial tanpa harus meninggalkan dunia pendidikan. Bekerja di coffee shop juga memberikan pengalaman kerja yang berharga—seperti kemampuan melayani pelanggan, komunikasi interpersonal, bekerja dalam tim, manajemen waktu, hingga keterampilan multitasking. Ini adalah soft skill yang akan sangat berguna dalam dunia kerja profesional nantinya.
Saya berpendapat bahwa kehadiran coffee shop juga mendorong perputaran ekonomi lokal secara nyata. Banyak pelaku usaha kopi yang mengambil bahan baku dari petani kopi lokal, termasuk dari daerah-daerah penghasil kopi di Sumatera. Tidak sedikit juga coffee shop yang bermitra dengan pelaku UMKM makanan ringan, seperti pembuat pastry rumahan, camilan khas Bangka, atau bahkan pengrajin lokal untuk furnitur dan dekorasi interior. Dengan demikian, satu coffee shop yang beroperasi sebenarnya menciptakan efek domino ekonomi bagi banyak pelaku usaha lain di sekitar lingkupnya.
Hal ini tentu berdampak pada penguatan ekonomi berbasis komunitas. Semakin banyak uang yang berputar di dalam daerah, maka semakin besar peluang pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan. Coffee shop bukan hanya menjadi tempat konsumsi, tapi juga bisa menjadi penghubung antara konsumen dan produk lokal, memperkuat ekosistem UMKM, dan memicu inovasi produk.
Lebih dari itu, saya melihat coffee shop telah menjelma menjadi ruang sosial dan kreatif yang penting, terutama bagi generasi muda. Banyak kedai kopi kini membuka ruang bagi komunitas untuk berkegiatan—mulai dari diskusi literasi, sharing session kewirausahaan, pemutaran film, hingga pertunjukan seni dan musik akustik. Ini menunjukkan bahwa coffee shop memiliki peran ganda: sebagai tempat konsumsi sekaligus sebagai katalisator kegiatan komunitas dan ruang ekspresi anak muda. Di tengah keterbatasan ruang publik yang representatif, peran ini sangat penting dan layak mendapat dukungan.
Namun, tentu tidak semua coffee shop mampu bertahan atau memberikan dampak yang sama. Saya juga melihat ada banyak kedai yang tutup dalam waktu singkat karena minimnya perencanaan bisnis, kurang memahami pasar, atau hanya mengikuti tren tanpa strategi yang matang. Inilah tantangan nyata dari fenomena ini. Keberlanjutan bisnis coffee shop sangat bergantung pada manajemen yang baik, inovasi produk, dan pemahaman terhadap preferensi konsumen lokal.
Menurut pandangan saya, agar coffee shop benar-benar dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal di Bangka, perlu adanya sinergi antara pelaku usaha, pemerintah daerah, dan masyarakat. Para pemilik usaha harus membangun bisnis dengan orientasi jangka panjang, menjaga kualitas produk dan pelayanan, serta terbuka terhadap kolaborasi komunitas. Pemerintah daerah bisa mengambil peran lebih aktif dengan menyediakan pelatihan kewirausahaan, memberikan insentif dan akses pembiayaan UMKM, serta memfasilitasi promosi produk lokal. Sementara itu, masyarakat dapat ikut berperan dengan memilih untuk mendukung coffee shop yang menggunakan produk lokal dan menghargai karya anak daerah.
Akhir kata, saya percaya bahwa kehadiran coffee shop di Bangka tidak sekadar menjadi simbol gaya hidup urban yang kekinian. Jika dikelola dengan serius, disinergikan dengan sektor ekonomi lainnya, dan terus berinovasi, maka coffee shop bisa menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang nyata. Dari secangkir kopi yang kita nikmati, lahir jejaring ekonomi baru, ruang kreativitas, serta semangat kolaborasi yang mampu memperkuat perekonomian Bangka dalam jangka panjang.