Oleh : Nicco Arista Saputra (Mahasiswa Jurusan Manajemen, Universitas Bangka Belitung)
Muntok, kota kecil di ujung barat Pulau Bangka, mungkin belum setenar Bandung atau Yogyakarta sebagai pusat ekonomi kreatif. Namun, kota ini diam-diam menyimpan kekuatan lunak yang luar biasa: tradisi kuliner yang kaya, khususnya kue-kue khas yang tersebar dari dapur ke dapur. Tak berlebihan jika Muntok dijuluki “Kota Seribu Kue.” Di balik kelembutan kue-kue tradisional seperti kue satu, kue rintak, hingga kue talam santan, tersembunyi potensi besar yang bisa mendorong ekonomi lokal ke arah yang lebih berdaya saing.
Potensi ekonomi kreatif dari sektor kuliner Muntok bukan hanya soal rasa. Ia menyentuh banyak aspek: pemberdayaan perempuan, warisan budaya, inovasi produk, hingga peluang pasar digital. Sebagian besar produsen kue di Muntok adalah pelaku usaha mikro dan rumah tangga. Mereka bekerja secara turun-temurun dengan resep tradisional yang autentik, namun sering kali tanpa dukungan branding, kemasan modern, atau akses pasar yang lebih luas. Inilah peluang sekaligus tantangan.

Di tengah semangat pemerintah mendorong ekonomi berbasis kearifan lokal, Muntok sebenarnya telah memiliki modal dasar yang kuat. Bayangkan jika “seribu kue” yang lahir dari dapur-dapur ini dikurasi, diberi pelatihan kemasan dan pemasaran, lalu dipasarkan secara digital sebagai bagian dari identitas kota. Ini bukan mimpi. Kota seperti Ambon berhasil membranding diri sebagai Kota Musik Dunia. Mengapa Muntok tidak bisa menjadi Kota Seribu Kue dengan daya ekonomi yang riil?
Pariwisata juga bisa menjadi lokomotif. Wisatawan yang datang ke Bangka bisa diarahkan menjelajahi rute kuliner khas Muntok. Sentra-sentra produksi kue bisa dibuka sebagai destinasi edutourism, di mana wisatawan belajar membuat kue sambil membawa pulang oleh-oleh bercita rasa lokal. Dalam konteks ini, kue bukan lagi sekadar makanan, melainkan pengalaman, cerita, dan identitas.
Namun, semua ini butuh strategi dan kolaborasi. Pemerintah daerah, pelaku UMKM, komunitas kreatif, dan akademisi perlu duduk bersama menyusun peta jalan ekonomi kreatif Muntok berbasis kuliner. Pendampingan dalam hal legalitas usaha, keamanan pangan, akses permodalan, hingga pelatihan digital marketing akan sangat menentukan keberhasilan visi ini.
Kota Seribu Kue bukan sekadar slogan manis. Ia adalah gambaran masa depan ekonomi lokal yang bertumpu pada potensi asli daerah. Dari dapur ke pasar, dari tradisi ke inovasi—Muntok punya peluang besar untuk tumbuh, bukan hanya sebagai kota penuh rasa, tetapi juga penuh asa.