Oleh : Putri Amanda (Mahasiswa Jurusan Ekonomi, Universitas Bangka Belitung)
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki kekayaan alam dengan menjadi penghasil timah terbesar di dunia. Kekayaan mineral yang dimiliki ini Tentunya telah menjadi tulang punggung perekonomian bagi daerah ini yang sejak zaman kolonial, bahkan terus berlanjut sampai saat ini. Namun dari hadirnya kelebihan ini telah muncul masalah yakni ketergantungan yang berlebihan pada sektor tambang timah, baik yang bersifat legal maupun ilegal sehingga menimbulkan pertanyaan serius. Pertanyaan tersebut adalah Apakah keberadaan dari kekayaan ini Tentunya benar-benar membawa kesejahteraan bagi masyarakat atau justru menjadi sebuah kutukan jangka panjang karena adanya ketergantungan yang tidak bisa digantikan.
Dalam beberapa dekade terakhir, kontribusi tambang terhadap produk domestik regional bruto Bangka Belitung memiliki angka yang sangat tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik mencatatkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian provinsi telah menyumbang sekitar 30% dari PDRB provinsi ini. Ribuan warga menggantungkan hidup mereka secara keseluruhan pada aktivitas tambang yang ada di wilayah tersebut. Baik dalam hal ini menjadi seorang penambang tradisional maupun pekerja di perusahaan besar seperti PT Timah Tbk. Namun, munculnya ketergantungan ini Tentunya menciptakan struktur ekonomi yang rapuh sehingga akan terjadi sensitifitas yang cukup tinggi. Ketika timah Global Mengalami penurunan harga maka akan terjadi pembatasan ekspor yang mana membuat ekonomi daerah langsung mengalami kemunduran titik masalah ini sebenarnya muncul karena provinsi tersebut tidak memiliki cadangan atau alternatif lain dalam mencari nafkah bagi masyarakatnya.
Selain itu, munculnya masalah tambang ilegal yang marak di berbagai wilayah Seperti Sungai Liat, Muntok, hingga Toboali telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah. Hutan bakau yang rusak maupun kawasan pesisir yang tercemar hingga Danau bekas tambang menjadi pemandangan umum yang kerap ditemukan di wilayah tersebut. Keberadaan dari dampak ekologis ini bukan hanya mengancam keseimbangan alam, namun juga menekan sektor lain seperti pertanian perikanan, dan pariwisata yang sebenarnya memiliki potensi perekonomian jangka panjang. Hal ini Tentunya menjadi sebuah ancaman besar ketika nantinya timah sudah tidak tersedia lagi di wilayah tersebut akibat habis karena terlalu dikeruk.
Ketimpangan sosial dalam hal ini juga menjadi sebuah persoalan yang cukup serius. Meskipun timah memberikan penghasilan besar bagi sebagian kecil orang, banyak masyarakat lokal yang justru tetap berada dalam ambang kemiskinan. Tambang rakyat seringkali dikuasai oleh pemilik modal besar, sementara penambang kecil hanya menerima upah harian yang sebenarnya tidak sebanding dengan risiko kerja yang mereka hadapi. Ketika aktivitas tambang dihentikan karena adanya razia ataupun konflik izin, para penambang akan kehilangan mata pencaharian tanpa alternatif ekonomi yang memadai.
Melihat dari kondisi yang ada, dapat dikatakan bahwa pemerintah harusnya melakukan upaya diversifikasi ekonomi. Sebenarnya, keberadaan dari upaya diversifikasi ekonomi memang sudah mulai digalakkan oleh pemerintah daerah seperti pengembangan sektor pariwisata dan pertanian berkelanjutan. Bangka Belitung dalam hal ini memiliki potensi wisata alam yang sangat besar mulai dari pantai-pantai yang indah, seperti Tanjung Tinggi di Belitung hingga warisan budaya tambang timah yang bisa dikembangkan menjadi destinasi edukatif. Namun dalam hal ini masalah terkait dengan penerapannya masih belum optimal karena infrastruktur yang belum merata dan promosi yang lemah. Disamping itu tanda munculnya ketidak keinginan dari pihak masyarakat juga masih menjadi salah satu tantangan untuk bisa membuat mereka memiliki alternatif lain dalam mencari nafkah atau sebagai mata pencaharian baru.
Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa kekayaan timah di Bangka Belitung bisa menjadi berkah apabila dikelola dengan baik dan tidak dijadikan satu-satunya sandaran perekonomian. Apabila dijadikan satu-satunya sandaran perekonomian yang berujung pada sebuah ketergantungan Ini adalah sebuah kutukan besar. Karena dalam hal ini keberlanjutan ekonomi tidak hanya bergantung pada apa yang digeli dari bumi namun juga apa yang dikembangkan dari manusia dan lingkungan. Tanpa adanya arah pembangunan yang jelas, daerah ini akan terus berada pada dalam lingkaran kekayaan semu yang menjerat kemajuan jangka panjang.