Oleh : Nita (Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Universitas Bangka Belitung)
Jujur saja, saya masuk jurusan akuntansi hanya karena saya pikir itu jurusan yang “aman” untuk bekerja sebagai akuntan, bankir, atau auditor. Tapi seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa akuntansi bukan hanya tentang neraca dan laba rugi.
Bahkan desa-desa di Bangka Belitung dapat terkena dampak besar dari ilmu ini. Selama ini, kami sering mendengar tentang dana desa yang sangat besar.
Namun, apakah cukup jelas pengelolaannya? Apakah publik mengetahui tujuan dana tersebut? Apakah semua anggaran didokumentasikan dengan jelas? Kenyataannya, banyak desa terus mengalami kesulitan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan mereka.
Karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya pendampingan, bukan karena niat buruk. Saya percaya bahwa sebagai mahasiswa akuntansi, kita memiliki peran yang signifikan dalam hal ini. Kami telah mempelajari prosedur untuk mengatur anggaran, menyusun laporan keuangan, dan melakukan evaluasi keuangan.
Kita tidak perlu menunggu sampai ilmu ini digunakan. Kita dapat mulai terlibat secara langsung sekarang, selama kuliah. Misalnya, jika ada program pengabdian masyarakat atau latihan kemasyarakatan, kenapa tidak memberi mereka dana untuk membantu desa? Kita bisa mulai dari hal paling dasar, seperti mengajarkan cara membuat laporan kas keluar-masuk yang mudah, membantu membuat laporan bulanan yang dapat mereka gunakan, atau membantu menganalisis penggunaan dana selama satu tahun anggaran.
Pengalaman seperti ini membantu mereka dan memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang situasi di lapangan. Ternyata teori yang diajarkan di kelas harus disesuaikan ketika diterapkan di dunia nyata. Tantangan mereka berbeda.
Misalnya, ada saat-saat ketika semua data tidak dapat diakses, atau orang yang kami bantu mungkin tidak familiar dengan istilah akuntansi yang kami pelajari. Ini, bagaimanapun, adalah masalahnya. Kita harus kreatif, sabar, dan dapat menjelaskan konsep yang rumit dengan cara yang mudah dipahami.
Saya percaya bahwa keterampilan ini sangat penting untuk masa depan. bukan hanya menjadi akuntan, tetapi juga menjadi pemimpin yang menyadari pentingnya akuntabilitas dan transparansi.
Pelan budaya transparansi akan meningkat jika semakin banyak mahasiswa akuntansi yang terlibat langsung dengan komunitas. Aparat desa mendapat kepercayaan masyarakat, dan pengelolaan keuangan menjadi lebih stabil. Ini mungkin merupakan awal untuk pembangunan wilayah yang lebih adil dan berkelanjutan.
Selain itu, pengalaman ini dapat mengajarkan kita banyak pelajaran hidup, terutama dalam kehidupan luar kampus. Bukan hanya tentang nilai atau sertifikat, tetapi tentang kontribusi nyata. Fakta bahwa ilmu memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, tidak peduli seberapa kecil.
Untuk teman-teman yang masih bertanya, “Ngapain sih gue belajar akuntansi ribet-ribet?” Singkatnya, akuntansi dapat membantu orang lain. Kita bisa memulai perubahan itu dari catatan keuangan yang lebih baik, bahkan di desa sekecil, bahkan di pulau seindah Bangka Belitung.