Dinar Rosyada, Mahasiswa Fakultas Hukum – UBB
Grafik transaksi gadai emas disejumlah wilayah terpantau naik dibandingkan bulan sebelumnya. Kali ini saya ambil contoh di kota Palembang pada bulan Juli 2022 lalu.
Naiknya transaksi gadai emas di Palembang ini bertepatan dengan Tahun Ajaran Baru. Tentu, hal ini berkaitan dengan kaum emak-emak yang disibukkan dengan pembelian seragam sekolah, aneka buku, tas, sepatu, dan perlengkapan sekolah anak lainnya. Belum lagi tanggal gajian yang bisa jadi tidak bertepatan dengan momen tahunan itu.
Kadang, jurus “The Power of Kepepet” menggadaikan emas atau barang kadang menjadi solusi instan guna mencukupi kebutuhan yang mendesak bagi kaum emak-emak.
Bahkan, melansir dari Sripoku.com pihak Pegadaian Kanwil 3 Palembang mencatat produk gadai emas di Palembang atau gadai konvensional (KCA) menjelang Idul Adha tumbuh sekitar 9.7 persen dengan rata-rata transaksi Rp 3-5 juta per nasabah.
Sementara itu produk haji sekitar 13.5 persen menjelang Idul Adha dibanding dengan bulan sebelumnya. Pertumbuhan gadai yang naik tersebut masih didominasi oleh gadai emas atau 80 persen dari total portofolio Outstanding Loan (OSL).
Mengutip pernyataan Pemimpin Wilayah PT Pegadaian (Persero) Palembang, Julianto bahwa pertumbuhan gadai produk mulia atau emas tumbuh 14,8 persen dibanding bulan sebelumnya.
Menurut catatan PT Pegadaian pembiayaan haji ini naik karena memang momentum yang pas dengan keberangkatan haji yang sempat tertunda dua tahun sebelumnya jadi pembiayaan haji juga naik karena banyak masyarakat yang menabung untuk mendapatkan porsi haji yang akurat dan pasti.
Arum haji menjadi salah satu produk andalan Pegadaian karena memberikan layanan pembiayaan untuk mendapatkan porsi haji secara prinsip syariah dengan titipan barang jaminan emas atau tabungan emas dan proses yang mudah serta aman.
Sementara itu Antam juga mencatat penjualan kembali logam mulai juga naik musim libur sekolah dan tahun ajaran baru karena memang trennya setiap tahun seperti itu.
Bahkan menurut Palembang Retail Departemen Head PT Antam, Sukirdi pihaknya dalam sehari bisa belasan konsumen yang menjual kembali logam mulia. Kepentingannya beragam mulai dari mencari dana berlibur, keperluan anak sekolah hingga untuk modal usaha.
Kendati demikian sebagai masyarakat yang memiliki pendapatan menengah kebawah perkara gadai-menggadai sudah menjadi budaya. Namun, apakah budaya gadai adalah budaya yang baik, atau justru budaya buruk ?
Tentu, sudut pandang itu kembali ke masing-masing masyarakat yang mengetahui kondisi finansial pribadi.
Perlu mengingatkan, bahwa selain mengedepankan hak sebagai nasabah gadai tentu kita juga wajib mengedepankan tertib angsuran dan taat dalam memenuhi kewajiban yang tertuang dalam perjanjian sebelum gadai itu disepakati kedua belah pihak.***