Padang, Demokrasibabel.com – Silek merupakan seni bela diri yang ada di Minangkabau. Silek tentu berbeda dengan silat karena silek di Minangkabau tentu merupakan sebuah harga diri serta harmoni bagi wilayah di Minangkabau. Silek di Minangkabau terdiri dari beberapa aliran, aliran ini tentu mengadopsi dari alam, karena sesuatu dengan falsafah ” alam takambang jadi guru”.
Filosofi ini tentu sesuai dengan artinya yaitu belajar dari alam. Begitu juga dengan silek yang gerakanya berasal dari alam contohnya gerakan ayam, harimau, buaya dan lainnya.
Orang yang pandai silek di Minangkabau dinamakan pandeka(pandai aka). Hal ini diartikan bahwa orang yang pasilek itu tidak hanya digunakan untuk langsung berkelahi saja, melainkan dipikirkan dulu apakah ini pantas untuk berkelahi atau tidak. Misalnya orang itu memiliki masalah, maka dicarikan aka(perundingan agar tidak terjadi perkelahian).
Ketika orang pasilek itu sangat jarang bisa terlihat karena sifat orang Minang itu lebih abu-abu dengan kepandain yang dia miliki.
Di Kota Padang ada namanya silek yang terkenal yaitu silek Pauh.
Kemarin Tanggal 17 Desember penulis bersama dosen pengampu penulis yaitu bapak Dr Khanizar Chan mengadakan workshop dengan mengundang Sasaran Silek Singo Barantai. Menurut guru silek dari sanggar ini Irwandi Ss M. Hum mengatakan bahwa aliran yang dipakai sanggar silek ini adalah silek Pauh.
Penulis menanyakan apa sebenernya gerakan yang ada dalam silek Pauh tersebut. Gerakan ini kata pak Irwandi bahwa adopsi dari beberapa gerakan silek yang ada di Minangkabau.
Dia mengatakan bahwa aliran silek Pauh ini hanya mengambil gerakan yang mematikan dari aliran silek yang ada di Minangkabau.
Aliran silek itu sendiri hanya mengambil dari adopsi tentang gerakan yang mematikan dari ayam misalmya. Makanya aliran silek ini dinamakan aliran silek Pau karena terletak di Pauh kota Padang.
Proses belajar silek di sanggar ini hanya seperti proses belajar silek pada umumnya. Latihan tentu harus ada, tapi sebelum masuk tentu ada hal atau syarat yang harus dibawa misalnya ayam, beras, kain, dan lainnya.
Syarat seperti ini adalah hal yang lumrah dalam proses belajar silek. Karena itu adalah sebuah hal yang turun temurun dari guru ke guru di Minangkabau.
Ketika kita menuntut sebuah ilmu pengetahuan maka hal ini adalah salah satu cara agar guru kita terdahulu mengetahui bahwa kita itu ikut belajar dengan dia. Maksudnya arwah guru itu mengetahui hal tersebut.
Hal ini sudah diketahui semua orang karena bisa saja membuat orang, buat apa begitu tapi hal ini tentu sebuah tradisi yang turun temurun dan harus dilestarikan karena belajar silek itu tidak seperti belajar bela diri lain.
Ketika penulis melihat bahwa silek itu sebagiam dari harga diri karena bisa saja membawa nama kampung atau daerah. Seperti hal nya dengan silek Pauh ini. Ketika guru sasaran silek ini mengatakan bahwa silek ini adalah salah satu seni tradis yang harus diteruskan oleh kaum muda.
Karena menurut guru sasaran silek ini bahwa sekarang sudah jarang orang muda di Minangkabau untuk mau berproses belajar silek karena dengan semakin berkembanganya zaman serta teknologi yang semakin canggih dan juga banyak seni bela diri yang berasal dari luar daerah Minangkabau.
Guru sasaran silek ini sangat menyayangkan hal ini terjadi karena menurut dia orang yang melestarikan budaya kita itu adalah kita sendiri bukan orang lain. Kita semestinya bangga dengan adanya seni bela diri yang berasal dari daerah kita sendiri. Karena inilah kita tentunya menjaga agar tradisi silek kita di Minangkabau tidak punah, ketika hal tersebut bisa kita jaga. Kelak anak cucu kita mengetahui bahwa seni bela diri itu juga ada di Minangkabau, asli Minangkabau.
Untuk itu ketika kita belajar tentang budaya daerah kita, jangan pernah kita minder dengan hal itu. Kita hidup di tengah masyarakat tentu mempunyai budaya. Cintai budaya kita, bangga kita dengan budaya kita.
Ketika hal ini telah terjadi maka untuk belajar silek itu sendiri adalah hal yang paling mudah. Ketika kita sudah cinta maka timbul rasa sayang dalam diri kita terhadap budaya kita. Maka untuk itu guru sasaran silek Pauh ini mengatakan bahwa kita harus melestarikan budaya silek ini karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan hal ini.
Penulis adalah Fiqkih Aulia Rahman Agmy Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Sumatera Barat