Oleh : sowatul islah (Mahasiswa universitas Andalas, jurusan sastra daerah Minangkabau)
Periode pemerintahan Amangkurat I adalah waktu yang penting dalam sejarah Kerajaan Mataram di Jawa, Indonesia. Pada masa ini, terjadi perubahan yang signifikan dalam stabilitas politik dan ketegangan dalam hierarki kekuasaan di kerajaan. Pemberontakan Trunojoyo menjadi sorotan utama dalam peristiwa ini.
Pemberontakan ini dipimpin oleh pangeran Puger, juga dikenal sebagai Trunojoyo, yang merasa tidak puas dengan perlakuan yang tidak adil dari Amangkurat I. Pemberontakan ini mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk bangsawan, petani, dan tentara.
Namun, dengan bantuan Belanda, pasukan Mataram berhasil mengalahkan Trunojoyo dan menghancurkan pemberontakan ini. Peristiwa ini menunjukkan kompleksitas politik pada masa itu dan memiliki dampak jangka panjang terhadap Kerajaan Mataram.
Peristiwa pada masa pemerintahan Amangkurat I, raja Mataram di abad ke-17, merupakan periode yang penuh dengan tantangan dan konflik politik. Peristiwa-peristiwa ini memberikan gambaran tentang perubahan politik dan sosial yang terjadi di Kerajaan Mataram pada masa tersebut.
Kerajaan Mataram, yang didirikan oleh Sultan Agung pada pertengahan abad ke-17, adalah salah satu kerajaan terkuat di Jawa. Raja-raja Mataram berhasil memperluas wilayah kekuasaan mereka melalui penaklukan dan diplomasi. Pada masa pemerintahan Amangkurat I, Mataram mengalami kejayaan tetapi juga tantangan yang serius. Terjadi kepada Amangkurat I karena seorang penguasa yang kuat dan otoriter.
Dia menjalankan pemerintahan yang sentralistik dan otoriter, dengan mengandalkan kekuatan militer untuk mempertahankan kendali atas kerajaan. Namun, pendekatannya ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan bangsawan dan rakyat jelata.
Hal menyebabkan pemberontakan Pada tahun 1674, oleh Trunojoyo, seorang putra pangeran Puger dari Madura, memimpin pemberontakan melawan pemerintahan Amangkurat I.
Pemberontakan ini dipicu oleh ketidakpuasan Trunojoyo terhadap kebijakan dan perlakuan yang tidak adil dari raja Mataram terhadap pangeran Puger dan rakyat Madura secara umum. Karena Trunojoyo berhasil memperoleh dukungan dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk bangsawan, petani, dan tentara.
Pemberontakan Trunojoyo berlangsung selama beberapa tahun dan melibatkan pertempuran sengit antara pasukan Trunojoyo dan pasukan kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Amangkurat I. Meskipun Trunojoyo berhasil merebut beberapa wilayah dan mengusir pasukan Mataram, ia akhirnya dihadapkan pada konflik internal di antara para pendukungnya sendiri.
Meskipun Trunojoyo berhasil merebut beberapa wilayah, ia akhirnya dihadapkan pada konflik internal di antara para pendukungnya sendiri. Pertentangan antar bangsawan dan perselisihan kepentingan membuat pemberontakan Trunojoyo melemah. Amangkurat I memanfaatkan konflik internal ini dan mendapatkan bantuan dari pasukan Belanda yang saat itu memiliki kepentingan politik dan ekonomi di pulau Jawa. Dengan dukungan Belanda, pasukan Mataram berhasil mengalahkan Trunojoyo dan menghancurkan pemberontakan tersebut pada tahun 1679. Peran Belanda dalam menghancurkan pemberontakan ini juga menguatkan posisi mereka dalam politik Jawa.
Dampak dan akibat dari peristiwa Amangkurat I, terutama pemberontakan Trunojoyo, sangat signifikan terhadap Kerajaan Mataram dan masyarakat di Jawa pada masa itu. Melemahnya Otoritas Raja: Pemberontakan Trunojoyo dan peristiwa-peristiwa terkaitnya melemahkan otoritas Amangkurat I sebagai raja Mataram.
Meskipun berhasil mengalahkan pemberontakan, kekuasaan dan otoritas Amangkurat I menjadi tergoyahkan, dan stabilitas politik di kerajaan terganggu. Dan Pemecahan dan Persaingan Internal Peristiwa pemberontakan menciptakan pemecahan dan persaingan internal di Kerajaan Mataram.
Konflik antara pangeran dan bangsawan menjadi semakin memanas, dan kerajaan terpecah-belah dalam upaya memperebutkan kekuasaan dan pengaruh. Peran dan Pengaruh Belanda yang Lebih Besar Dalam pertempuran melawan pemberontakan Trunojoyo, Amangkurat I meminta bantuan dan dukungan dari Belanda.
Dalam prosesnya, Belanda dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas pengaruh politik dan ekonominya di Jawa. Hal ini menguntungkan Belanda dalam hubungan mereka dengan Kerajaan Mataram, tetapi juga memperkuat dominasi mereka atas daerah-daerah di pulau Jawa. Perubahan dalam Struktur Kekuasaan Pemberontakan Trunojoyo menggoyahkan struktur kekuasaan di Kerajaan Mataram. Persaingan antar pangeran dan bangsawan menciptakan perubahan dalam hierarki kekuasaan, dan kerajaan mengalami periode ketidakstabilan yang berlanjut setelah Amangkurat I.
Keruntuhan Kerajaan Mataram Peristiwa pemberontakan Trunojoyo adalah salah satu faktor yang berkontribusi terhadap keruntuhan Kerajaan Mataram secara keseluruhan. Setelah masa pemerintahan Amangkurat I, kerajaan mengalami masa-masa sulit dan perpecahan yang berkelanjutan, yang pada akhirnya mengakibatkan pembagian kerajaan menjadi tiga bagian, yaitu Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Pakualaman.
Dampak Sosial dan Ekonomi: Konflik dan ketidakstabilan politik yang terjadi akibat pemberontakan Trunojoyo berdampak pada masyarakat Jawa. Perang dan kekacauan menciptakan ketidakpastian ekonomi, mengganggu perdagangan, dan berdampak negatif pada kehidupan sosial masyarakat. Perubahan dalam Persepsi Politik dan Kekuasaan: Peristiwa Amangkurat I dan pemberontakan Trunojoyo secara keseluruhan mengubah persepsi politik dan kekuasaan di Jawa. Bangsawan dan pangeran mulai menyadari bahwa kekuasaan kerajaan bisa digoyahkan, dan Belanda menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan dalam dinamika politik di pulau Jawa.
Peristiwa Amangkurat I, terutama pemberontakan Trunojoyo, merupakan titik balik yang mengguncangkan stabilitas politik Kerajaan Mataram pada abad ke-17. Dampak dan akibat dari peristiwa ini sangatlah besar dan berjangka panjang. Melemahnya otoritas raja, pemecahan dan persaingan internal, pengaruh yang lebih besar dari Belanda, perubahan dalam struktur kekuasaan, keruntuhan Kerajaan Mataram, dampak sosial dan ekonomi, serta perubahan dalam persepsi politik dan kekuasaan adalah konsekuensi yang terjadi. Peristiwa ini memberikan gambaran tentang kompleksitas politik pada masa itu, di mana perselisihan internal, pemberontakan, dan campur tangan kekuatan asing dapat menggoyahkan kerajaan yang kuat.
Dalam hal ini, Belanda memainkan peran penting dalam mendukung pemerintahan Mataram dan memperluas pengaruhnya di Jawa. Peristiwa Amangkurat I juga mengarah pada periode ketidakstabilan yang berkelanjutan di Kerajaan Mataram, yang pada akhirnya mengakibatkan pembagian kerajaan menjadi beberapa entitas yang lebih kecil.
Hal ini mengubah tatanan politik dan sosial di Jawa.
Sebagai catatan penting peristiwa dalam sejarah, peristiwa ini mengajarkan kita tentang kompleksitas politik dan perubahan yang dapat terjadi dalam kerajaan yang pernah kuat. Dampak dan akibatnya terasa dalam jangka panjang, membentuk jalannya sejarah dan mempengaruhi perkembangan politik dan sosial di masa mendatang. Dengan demikian, peristiwa Amangkurat I, khususnya pemberontakan Trunojoyo, tetap menjadi peristiwa yang signifikan dalam sejarah Kerajaan Mataram dan merupakan bagian tak terpisahkan dari narasi perjalanan politik dan sosial di Jawa pada abad ke-17.
Daftar Pustaka :
http://journal.perpusnas.go.id/index.php/manuskripta/article/view/74
https://www.academia.edu/es/35735584/Catatan_Sebuah_Peristiwa_pada_Masa_Amangkurat