“Nikmati Kebersamaan”

by

PADANG, DEMOKRASIBABEL.COM – Nikmat adalah rasa syukur, senang, bahagia terhadap sesuatu yang diperoleh, baik itu pencapaian terhadap diri sendiri, maupun pencapaian terhadap orang lain. Setiap manusia tentu pernah merasakan kenikmatan. Setiap kenikmatan tentu kita syukuri, tidak ada orang yang telah dibere nikmat tidak dia syukuri. Oleh karena itu nikmat tentu membuat kita senang, makanya kenikmatan tentu hanya sementara karena kenikmatan bisa saja berubah menjadi kemularatan.

Kebersamaan adalah suatu ikatan yang terbentuk oleh perasaan, keluarga, serta saudara. Karena kebersamaan tentu memiliki hubungan yang lebih erat dan lebih bekerja sama dibandingkan dengan hubungan dengan orang seperti biasanya. Kebersamaan tentu dilakukan oleh semua orang, misalnya dalam satu kelompok maka kelompok itu melakukan kerja sama terhadap kemajuan kelompoknya. Kebersamaan tentu identik dengan banyak orang karena setiap kebersamaan tentu ada hal yang perlu diselesaikan secara bersama.

Ada juga kebersamaan hanya dengan satu orang saja, tentu hal ini tidak melibatkan banyak orang. Kebersamaan seperti ini hanya diselesaikan oleh dua orang saja. Misalnya ketika kita memiliki hubungan yang spesial dengan lawan jenis kita. Tentunya hal ini adalah kebersamaan juga. Ketika kita secara bersama dalam satu kelompok maka didalam kelompok tersebut perlu kekompakan. Hal ini lebih sulit dibandingkan dengan bersama secara berdua saja. Karena lebih sulit menyatukan orang banyak ketimbang dua orang.

Ketika kita bersama dengan pasangan kita, tentu kita memiliki komitmen untuk saling menutupi, dan saling menyayangi. Maka hal ini tentu lebih baik karena ketika kita dengan pasangan kita tentu harus sepemikiran. Misalnya kita harus membagi waktu dengan yang dirumah dan bekerja. Karena kita saling memiliki perasaan cinta diantara kita, maka hal ini mudah terwujud, dan mudah diatur. Maka hal ini sudah bisa dikatakan kita menikmati kebersamaan dengan pasangan kita.

Kebersamaan harus dinikmati karena identik dengan kehilangan. Ketika kita tidak menjaga kebersamaan kita, maka bisa saja hubungan tersebut bisa hancur karena sifat egois misalnya. Ketika hancur memperbaiki kembali sangat sulit karena tidak semua hubungan itu bisa diperbaiki. Walaupun kita menemukan kebersamaan dengan orang lain, tentu ada perbedaan karena setiap manusia itu memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda tentunya.

Suatu saat kita bisa saja menyesal melakukan hal yang tidak boleh kita lakukan untuk merusak hubungan kita. Ketika sudah hilang baru tau arti kehilangan bagi kita. Karena dalam hidup kesempatan hanya datang satu kali, dan waktu juga tidak bisa diputar kembali. Waktu dan kesempatan yang diberikan tuhan kita tentu kita jaga sebaik mungkin, jangan sampai kita merasa kehilangan karena kebodohan kita. Jangan kita menyesal apabila kehilangan menghampiri kita.

Ketika kita kehilangan, jangan pernah kita mengeluh, kita hanya menikmati alur hidup kita. Ketika kita diputuskan oleh seseorang misalnya jangan bersedih karena tuhan tidak menyia-nyiakan kita. Bukan kita yang tidak baik, bukan pula dia yang tidak baik tapi Tuhan mungkin mengatakan bahwa orang itu tidak cocok buat kita. Jangan pernah kita hidup dalam kesedihan, nikmati kesedihan dan jadikan kesedihan itu sebagai pelajaran serta cambuk bagi kita untuk melangkah maju kedepan.

Untuk itu ketika kita lagi bersama, baik bersama pasangan kita, bersama orang tua kita, bersamaan kelompok kita. Jangan pernah kita hancurkan karena kita tidak akan bisa menemukan hal seperti nanti lagi. Nikmati selagi proses kebersamaan baik itu sedih, kecewa, susah, senang, dan gembira. Karena kebersamaan itu sulit dibentuk tetapi mudah dihancurkan. Ketika kita sudah bisa  menikmati hal tersebut, maka kebersamaan kita bisa bertahan lebih lama. Untuk itu kita bersama dengan orang lain, jangan sia-siakam karena ketika kehilangan baru kita tahu betapa sakitnya.

Penulis adalah Abdul Jamil Al Rasyid  Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman  Sumatera Barat Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas  Patamuan Tandikek.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.