Oleh : Hellen Berlian Putri,
Mahasiswi Sastra Minangkabau Universitas Andalas
Dalam konsep kekuasaan Melayu, rajanya adalah Shah Alam, Raja Alam atau Dzilullah Fi’l Alam, bayangan Tuhan di dunia (lihat Shellabear, 1979).
Konsep Dzilulah fi’l-alam menunjukkan bahwa kekuasaan adalah kepenuhan mutlak kekuasaan yang dimiliki oleh Tuhan. Hal ini dipandang sebagai tanggung jawab karena kekuasaan dibagi antara rakyat dan penguasa. Di awal HHT, “nyawa” dari seluruh teks HHT secara eksplisit disebut.
“Inilah kisah Hang Tuah yang sangat setia dan berbakti kepada tuannya” (Ahmad, 1997). Ketika pertama kali mengadili putri Seri Betara Majapahit, 60 orang di bawah pengaruh Patih Gajah Mada mencoba menerornya tetapi upaya mereka gagal. Hang Tuah berhasil menemui Seri Betara Majapahit dan menyampaikan pesan tentang raja Malaka.
Dalam masa pemerintahan Majapahit yang singkat, Hang Tuah bahkan berhasil menjinakkan kuda liar Tez, yang dihibahkan ke Majapahit oleh Raja Keling Seri Betara (Ahmad, 1997) Hang Tuah mengurus para prajurit pilihan Majapahit, utusan Patih Gajah Mada diperintahkan untuk membunuh Hang Tuah.
Namun, juara Majapahit menang dengan hang tuah. Karena masyarakat Majapahit selalu mengkhianati mereka, Hang Jebat, Hang Lekir. Hang Tuah mengajak Hang Lekiu mengotak-atik taman hiburan Lara Seri Betara Majapahit. Ribuan tentara yang seharusnya mereka tangkap dengan mudah dibubarkan.
Kekuasaan itu dikaitkan dengan penguasa (raja/sultan) karena kesaktian, kesaktian, dan kesaktian religius dikaitkan dengan orang tersebut. Silsilah (HRRP dan HHT) dan intervensi kekuatan langit dalam bentuk wahyu atau pulung (BTJ) semuanya membawa kekuatan super ini ke dalam permainan.
Status Raja sebagai Ratu Binathara dan status Sultan sebagai Shah Alam atau Dzilullah Fi’l-Alam adalah sah dan tidak dapat diganggu gugat. Oleh karena itu, penerapan budaya kematian yang pelaksanaannya berupa penghancuran dan pemusnahan semua pihak yang membatasi atau menantang kekuasaannya, merupakan konsekuensi yang tidak bisa ditawar lagi.
Makna simbol pada hikayat hang tuah
Hikayat Hang Tuah adalah kebanggaan bangsa Melayu, sultan atau raja dalam cerita Hang Tuah krtua, pengurus Kerajaan Melaka, yang dihormati oleh masyarakat saat itu. Pada awalnya, orang Malaysia tidak memiliki konsep raja. Menurut Abu Hasan Syam, orang India memperkenalkan konsep raja kepada masyarakat Melayu. Menurut konsep Hindu, seorang raja adalah dewa di dunia dan kepercayaan itu terdapat dalam kitab Hindu kuno berjudul Manu bahwa seorang raja adalah dewa-raja. Konsep raja Melayu sedikit berubah dari raja seperti dewa menjadi raja yang merupakan bayang-bayang dewa di dunia.
Konsep ini berubah ketika Islam masuk ke Melayu. Konsep budaya Hindu adalah konsep raja adalah Sakti, yang menganggap raja memiliki kekuatan gaib yang dapat menyembuhkan penyakit. Konsep itu masih bertahan, meski orang Malaysia telah memeluk Islam dengan mengakui konsep kedaulatan.
Konsep Daulat
Konsep daulat mahkota,dan keris dijadikan simbol dalam kebesaran raja pada zaman Konsep mahkota dan keris yang berdaulat digunakan pada masa Kesultanan Malaka sebagai simbol kebesaran raja. Simbol dan makna sangat erat hubungannya, simbol melambangkan suatu makna tertentu, makna simbol adalah sesuatu yang berkaitan dengan suatu objek, gagasan, tindakan atau proses.
Daulat adalah kata yang selalu digunakan oleh masyarakat Melayu jika dikaitkan dengan orang-orang yang berhubungan dengan raja atau sultan. Kedaulatan juga berarti kebahagiaan bagi raja yang berkuasa. Daulat juga digunakan untuk menggambarkan keagungan yang dianggap rakyat sekaligus patuh dan setia kepada raja.
Simbol mahkota
Mahkota adalah perhiasan yang terkait dengan raja atau keluarga kerajaan. Hal ini dikarenakan raja atau abdi dalem sering memakai mahkota saat menghadiri acara resmi dll.
Mahkota penting bagi raja karena tanpa mahkota di kepalanya, pakaian raja dianggap tidak lengkap. Hal ini terjadi dalam hikayat Hang Tuah ketika orang gila mengenakan pakaian kerajaannya. Mahkota dalam hikayat Hang Tuah mengacu pada mahkota milik raja yang berasal dari Bukit Siguntang.
Awal keruntuhan Kerajaan Melaka ditunjukkan ketika mahkota yang merupakan simbol kebesaran raja itu jatuh ke air. dan kemudian seekor buaya putih menangkapnya. Kasus ini menunjukkan makna yang tersirat. Itu menjadi simbol kebesaran raja. Jika mahkota tergelincir, itu berarti sesuatu yang buruk akan terjadi.
Simbol Keris
Lambang identitas Melayu lainnya adalah keris. Keris melambangkan kekuasaan dan keagungan Kerajaan Melayu. Keris umumnya dikenal sebagai senjata tradisional Melayu. Ada berbagai jenis keris, panjang, pendek, melengkung, runcing dan bersarung.
Dahulu fungsi keris adalah untuk melindungi diri, kini keris digunakan sebagai tabir di rumah, kantor, dan lain-lain, serta sebagai hiasan pelengkap busana resmi pada acara-acara tertentu, seperti upacara adat. B. Acara pemerintah digunakan.
Dalam Hikayah Hang tuah, keris digunakan dalam upacara-upacara tertentu di keraton dan berperan dalam pengangkatan raja. Taming Sarikeris adalah keris yang dikenakan oleh Laksamana Hang Tuah saat menjadi Laksamana Melaka. Keris ini sangat terkenal dan konon memiliki kesaktian yaitu ketika pemilik senjata kebal dalam pertempuran atau tidak terkena senjata lawan.