Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyelenggarakan capacity building bagi pelaku usaha komoditas aneka cabai dan bawang merah se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bertempat di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Pada Senin-Selasa, 28-29 Oktober 2024.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 14 pelaku usaha yaitu Asosiasi Usaha Tani Cabai Bangka, Ponpes At-Toybah, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Cakra Millenial, Poktan Tunas Baru, Gapoktan Bumi Barokah Besaoh, Ponpes Quran Cahaya, Asosiasi Usaha Tani Bawang Merah Bangka Tengah, Kelompok Tani Citra, Poktan Harapan Maju, Poktan Makmur Tua Tunu, Poktan Dukong Jaya Mandiri, Gabungan Kelompok Tani Panca Sakti, Asosiasi Petani Cabai Belitung Timur, Poktan Bina Tani, serta koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Bangka Belitung.
Dalam capacity building ini dilakukan serangkaian diskusi sekaligus kunjungan lapangan ke beberapa koperasi dan kelompok tani champion nasional komoditas aneka cabai dan bawang merah Kementerian Pertanian Republik Indonesia, yaitu Koperasi Pancaraga (Magelang), Perkumpulan Petani Hortikutura Puncak Merapi (PPHPM) (Sleman), dan Gapoktan Karya Makmur (Demak).
Koperasi Pancaraga merupakan gabungan kelompok tani yang melakukan budidaya aneka cabai sekaligus mewadahi petani melalui pembiayaan dan pemasaran untuk memperkuat usaha pertanian.
Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM) merupakan gabungan kelompok tani yang melakukan budidaya aneka cabai, produksi pasca panen cabai menjadi cabai kering, dan juga pemasaran dengan proses pelelangan yang terdigitalisasi.
Sementara itu, Gapoktan Karya Makmur merupakan gabungan kelompok tani dan kelompok wanita tani yang melakukan budidaya bawang merah termasuk hilirisasinya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kep. Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy mengatakan pelaksanaan capacity building ini dilatarbelakangi komoditas aneka cabai dan bawang merah merupakan komoditas strategis masyarakat yang secara historis memberikan andil terhadap inflasi di Bangka Belitung.
Rommy menambahkan bahwa pemenuhan komoditas aneka cabai dan bawang merah di Bangka Belitung, sebagian besar masih bergantung dari pemasok luar daerah. Untuk itu, para peserta capacity building dapat menyerap dan mereplikasi best practice model budidaya dan pola tanam yang didapatkan selama mengunjungi beberapa champion nasional tersebut.
”Dengan ilmu dan praktik yang telah dipelajari, pelaku usaha pertanian Bangka Belitung dapat memahami proses pembibitan, budidaya dan hilirisasi produk pertanian, penerapan teknologi tepat guna dan pengolahan lahan tanah untuk meningkatkan hasil produksi, hingga pentingnya kelembagaan yang kuat,” ujar Rommy.
Penguatan sinergi dan kolaborasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah serta pelaku usaha merupakan langkah penting dalam pengendalian inflasi dan ketahanan pangan. Dengan berbagai upaya bersama dan komitmen yang kuat dari seluruh pihak, diharapkan inflasi dapat dikendalikan di target sasaran 2,5±1% dan ketahanan pangan Bangka Belitung dapat terus diperkuat.