Mentok, Demokrasibabel — Van Bangka Begint de Victorie (Dari Bangka Kemerdekaan Dimulai). Sepenggal kalimat itu terpampang gagah di bawah replika burung Garuda, lambang negara, di tempat penuh sejarah, tepat di tengah Kota Mentok, Kabupaten Bangka Barat (Babar).
Petikan tersebut sebagai bentuk nyata pengakuan Belanda dan dunia atas kemerdekaan Republik Indonesia. Tempat penuh cerita perjuangan, serta bersatunya visi bangsa itu ada di Wisma Ranggam, sebuah bangunan di mana Presiden pertama republik ini, Soekarno beserta petinggi bangsa kala itu diasingkan.
Fakta-fakta sejarah itu sampailah di telinga Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) Sugito, saat berkunjung ke Wisma Ranggam didampingi Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Babar Hendriwan, dan beberapa jajaran perangkat daerah, pada Rabu (16/10/2024).
Sepanjang kunjungan itu, Sugito banyak mendapatkan fakta sejarah lisan yang disampaikan tour guide, mulai dari teras wisma yang menjadi tempat berkumpulnya pendiri bangsa menyatukan visi, dimana sang presiden merintang lelah, hingga saksi bisu kisah cinta yang terpisah antara Soekarno dan Ibu Negara, Fatmawati.
“(Wisma Ranggam) salah satu tempat pengasingan para pemimpin bangsa di era kemerdekaan. Artinya, negara dibentuk bukan untuk kelompok tertentu, tetapi dibangun atas kesamaan visi membentuk negara, yang dapat dilihat bagaimana perjuangan mereka sampai kepada kemerdekaan,” ujar Sugito di sela-sela kunjungannya.
Bukti sejarah bangsa yang kaya itu masih berdiri gagah di Mentok. Untuk itu, goresan kisah kemerdekaan diharapkan Sugito dapat terus diturunkan dari generasi ke generasi, agar Indonesia yang terbentuk dari beragam suku, ras, agama tidak kehilangan jati diri, bahwa bangsa berdiri dari sebuah perbedaan, dan dipersatukan oleh perjuangan.
“Kita sebagai generasi harus mampu meneladani atas nilai-nilai kepahlawanan yang diajarkan, tentu disesuaikan dengan situasi kekinian, dalam artian mengisi kemerdekaan bersama generasi muda,” ujarnya.
Ia kembali mengingatkan setiap elemen bangsa, termasuk generasi muda agar tidak berpuas hanya sampai menikmati kemerdekaan saja, tetapi dapat mengilhami nilai perjuangan para pendahulu untuk membangun bangsa yang maju, mencapai negara yang adil, makmur.
“Nlai-nilai perjuangan ini harus terus dibangkitkan, disemangatkan, agar kita tidak lupa sejarah. Generasi muda jangan terputus oleh sejarah, agar mereka punya rasa syukur. Kalau tidak, kita akan kehilangan jati diri bangsa ini,” pungkasnya.
Penulis: Rangga
Foto: Natasya
Editor: Budi